Dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, manusia dan kebudayaan mempunyai keterkaitannya.
Manusia
dalam ilmu eksakta, dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel
atom yang mmbentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia
(ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam
golongan mahluk mamalia (ilmu biologi).
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Hakekat Manusia
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh
adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit
tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan
lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat
diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa
lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak
mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia
sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya
Kesempurnaannya
terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh
penciptanya dengan akal, perasaan dan kehendak yang terdapat di dlaam
jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adanya nili baik dan buruk, mengharuskan
manusia mampu mempertimbangkan, enilai dan berkehendak menciptakan
kebenaran, keindahan, kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan
adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa
(perasaan) dalam diri manusia itu ada 2 macam, yaitu perasaan inderawi
dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui
pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia
misalnya:
1) Perasaan
Intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
Seseorang merasa senang atau puas apabila ia dapat mengetahui sesuatu,
sebaliknya tidak senang atau tidak puas apabila ia tidak berhasil
mengetahui sesuatu.
2) Perasaan
estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan. Seseorang
merasa senang apabila ia melihat atau mendengar sesuatu yang indah,
sebaliknya timbul perasaan kesal apabila tidak indah.
3) Perasaan
etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan. Seseorang merasa
senang apabila sesuatu itu baik, sebaliknya perasaan benci apabila
sesuatu itu jahat.
4) Perasaa
diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada
kelebihan dari yang lain. Apabila seseorang memiliki kelebihan pada
dirinya, ia merasa tinggi, angkuh, dan sombong, sebaliknya apabila ada
kekurangan pada dirinya ia merasa rendah diri (minder)
5) Perasaan
sosial, yaitu perasaan yang berkenang dengan kelompok atau korp atau
hidup bermasyarakat , ikut merasakan kehidupan orang lain. Apabila
orang berhasil, ia ikut senang, apabila orang gagal, memperoleh musibah,
ia ikut sedih.
6) Perasaan
religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
Seseorang merasa tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu
mematuhi segala perintah –Nya menjauhi – Nya.
c. Mahluk biokultural , yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia
adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati
dan budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat dipelajari dari
segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi,
patalogi, genetika, biodemografi, evaluasi biologisnya, dan sebagainya.
Sebagai mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi-segi :
kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi,
perkakas, bahasa, dan sebagainya.
d. Makhluk
ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Soren
kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme”
memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah
yang terkiat dengan lingkungan (ekologi), memiliki sifat – sifat alamiah
dan tunduk pada hukum alamiah pula.
Hidup
manusia mempunyai tiga taraf,yaitu estetis , etis dan relegius. Dengan
kehidoan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia
yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan,
tarian nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan
estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas
dan diprtanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati
pertemuan dengan Tuhan.
Semakin
dekat seseorang dengan tuhan , semakin dekat pula ia menuju
kesempurnaan dan semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran.
Semakin mendalam penghayata terhadap Tuhan semakin bermakna pula
kehidupannya. Dan akan terungkap pula kenyatan manusia individual atau
kenyataan manusia subyektif yang memiliki harkat dan martabat tinggi.
Pengertian Kebudayaan
Seorang antropolog yaitu E.B.Tylor ( 1871 ) mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut:
Kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan
– kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat
mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain berarti keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
Kaitannya Manusia dengan Kebudayaan
Secara
sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah: manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang
dilaksanakan manusia.
Dari sisi lain,
hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat di pandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai
dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini
tercipta melalui 3 tahap, yaitu:
1. Eksternalisasi,
yaitu proses dimana manusia mengkspresiakan dirinya dengan membangun
dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan
manusia
2. Obyektivasi,
yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah daru manusia dan berhadapan manusia. Dengan
demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi
bahkan membentuk prilaku manuisa.
3. Interaksi,
yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakat sendiri agar dia dapat
hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang bentuk oleh
masyarakat.
Apabila
manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia. Dia akan
menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjamahan
M.Satrapratedja, 1991: hal :XV)
Manusia
dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini
kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia
atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan
pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat di lakukan dengan
lebih cermat.
sumber: diktat Ilmu Budaya Dasar ( Gunadarma University )
sumber: diktat Ilmu Budaya Dasar ( Gunadarma University )